Saat ini sudah ada 46 jenis burung Kingfisher yang sudah teridentifikasi. Ada 2 (dua) jenis yang paling sering dan mudah dijumpai yaitu Cerulean Kingfisher (small blue kingfiser – SBKF) dan Collared Kingfisher (Cekakak Sungai). dikarenakan 2 (dua) burung ini hidup di lingkungan air tempat manusia berada, seperti danau, sungai, pantai, Muara tapi tidak sensitif akan kehadiran manusia di dekatnya dengan jarak 20-50m. Namun ada juga yang hidup dekat dengan lingkungan manusia namun sangat peka dengan pergerakan manusia seperti Javan Kingfisher ( Cekakak Jawa), Cekakak Belukar, Blue Ear Kingfisher (Cekakak Meninting), Stork billed Kingfisher (Cekakak emas)
Kedua burung ini paling sering hinggap di atas tonggak kayu, bambu atau dahan pohon yang tertancap atau merunduk di atas permukaan air dan memangsa ikan kecil dan udang. Burung ini memiliki 2 (dua) fungsi mata, terbang biasa dan menyelam. Ketika terbang biasa atau baru hinggap di tonggak kayu bentuk mata seperti bentuk mata burung pada umumnya terlihat retina dan pupil yang terang. Namun begitu melihat mangsa di air atau di tepian pantai kelopak hitam seketika naik menutup seluruh area mata dan diapun siap untuk menukik tajam masuk ke dalam air untuk mengambil ikan atau udang.
Sebelum memakan dengan cara menelan mangsanya, Kingfisher biasanya mematikan dan meremukkan tulang-tulang mangsanya dengan cara membanting mangsanya dengan paruhnya yang runcing di tempat dia hinggap untuk menyantap, biasanya kayu atau bambu yang mendatar.
Mengambil foto burung yang sensitif ini, diperlukan jarak kurang lebih 20 meter disarankan menggunakan jaring kamuflase atau 50m tanpa menggunakan jaring kamuflase. Karena ukuran burung ini kecil (-/+) 15cm tentunya akan lebih mudah menangkap dengan lensa zoom dengan rentang 200-800mm pada lensa full frame. Lensa yang sering digunakan adalah 70-200mm, 70-300mm, 100-400mm, 18-400mm, 50-500mm, 80-400, 120-300m, 150-500mm, 150-600mm, 180-400mm, 200-500mm, fix 300mm, fix 400mm, fix 600mm, fix 800mm, tergantung jarak, situasi dan kondisi, serta tetaplah menggunakan tripod atau monopod untuk hasil yang lebih bagus walaupun kamera dan lensa anda memiliki image stabilization hingga -6 stop.
Burung ini seperti kucing, maksudnya akan datang di jam makan yang sama di tempat yang sama apabila tidak ada yang menggangu atau menghalangi dia untuk hinggap. Sebelum datang hinggap selalu mengeluarkan suara nyaring khas dan halus, seperti menyuarakan dia akan hinggap atau bertengger di pucuk tonggak sebentar lagi, dan sudah saatnya bagi para Photographer untuk bersiap menekan tombol shutter untuk mengabadikan kepakan sayap burung ini.
Shutter speed yang dibutuhkan apabila ingin mengambil burung ini sedang terbang adalah 1/2500 – 1/3200 untuk mendapatkan efek freeze. Namun ternyata ada beberapa aliran dari teman teman birding untuk mengambil dibawah 1/2500 untuk mengambil motion blur kepakan sayap akan tetapi kepala burung tetap focus. walupun ada beberapa teman photographer juga sangat menyukai gambar detail sehingga menggambil dengan shutter speed 1/80 sampai dengan 1/100 apabila burung sedang lama terdiam.
untuk setelan ISO pada kamera digital disarankan menggunakan Auto ISO dengan mode Manual. Cahaya yang terbaik untuk memoto burung ini adalah pagi jam 7 sampai dengan jam 2 siang , setelah itu caha akan berkurang, kamera akan dipaksa bermain dengan shuter speed rendah, ISO tinggi dan bukaan aperture yang besar. Sehingga foto akan seperti banyak noise dan blur. Apabila setelan kamera sudah mencapai ISO 6400 sudah saatnya kita berhenti foto karena hari sudah sore. Jangan paksa diri anda menggunakan ISO diatas 6400 untuk foto burung, karena sudah waktunya kita berkemas untuk pulang.